Pasar Setan
Monday, 30 March 2015
Add Comment
Merapat dari berbagai daerah menuju satu tempat untuk menjadikan sebuah cerita yang tak semuanya mau menulisnya. Bukan untuk dicritakan bagi sebagian orang hanya saja ingatan Nampak jelas bila kelak harus diputar kembali. Sayang bila ingatanku tak sebaik mereka. Dengan begitu sengaja ku rangkum singkat bila kelak harus mengingatnya aku masih bisa membacanya didepan layar dengan secangkir kopi.
Kami dari semarang titik dimana kami berkumpul dari asal mula kampong halaman masing2 dari kami , temanggung, rembang maupun wonogiri sebut saja izzun, niken dan saya. Berkumpul untuk menarik kota satu dengan kota lain menuju satu tempat sebut saja tempat itu “pasar bubrah” kawasan tempat terakhir sebelum menggapai puncak merapi. Namun kami tak sendirian, masih ada kawan dari Temanggung yang tak terlupakan dan tak kan pernah ketinggalan Rindi Antika siapa yang ingin melupakannya? Tidak untukku.
Kami dari semarang titik dimana kami berkumpul dari asal mula kampong halaman masing2 dari kami , temanggung, rembang maupun wonogiri sebut saja izzun, niken dan saya. Berkumpul untuk menarik kota satu dengan kota lain menuju satu tempat sebut saja tempat itu “pasar bubrah” kawasan tempat terakhir sebelum menggapai puncak merapi. Namun kami tak sendirian, masih ada kawan dari Temanggung yang tak terlupakan dan tak kan pernah ketinggalan Rindi Antika siapa yang ingin melupakannya? Tidak untukku.
![]() |
Pasar Bubrah |
21 maret 2015
Pukul 08.45 kami bertiga ditunggu kedatangan di temanggung. Lama perjalanan semarang-temanggung yang disuguhkan dengan lika-liku jalan melewati bandungan-sumowono sampai di ngoho tempat yang sering kuceritakan sebelumnya bila dissana kerap terjadi kabut. Teringat negeri antah brantah yang harus ku tempuh jam 1 malam dan menunggu sunrise di dieng. Setidaknya sedikit sama tapi banyak perbedaan di perjalanan kali ini. Kendaraan yang kami naiki harus berhenti di desa Klepu, Kecamatan Kranggan. Rindi Antika sudah lama menunggu. Tak banyak waktu rind, “langsung sarapan ki?”balas ku lantaran tawaran tuan rumah yang tidak bisa ditolak karena kami memang belum sarapan. “Pak, Buk, badhe ngejak rindi wonten merapi punopo kepareng bade nyuwun kepareng tindak sakniki” ku coba meminta izin dari orang tua rindi. Sayangnya adiknya pemalu bila harus menawarkan adiknya pula,ya siapa tahu mau kalaupun mau pasti akan kujaga baik-baik seperti ku menjaga keluargaku sendiri tapi pasti bakal membuat orang tua rindi khawatir bila keduanya harus ikut bareng. Baiklah keberangkatan kami genap sudah. Temanggung-Magelang-Blabag-Ketep-Selo harus kami tempuh selama 2 jam an.
Selo-Boyolali. Ovan kau sudah terlalu lama menunggu ku pikir kami bisa kurang dari dhuhur tiba di bascamp merapi. Ovan adik dari Ovik. Asli boyolali yang sudah lama kenal dari ikhsan dan mas thoriq. Ovan dengan segala perilaku yang cukup mengingatkan tentang masa muda diwaktu smp. “sebentar lagi nyampe bascamp van, nunggu 1 batang rokok habis” begitulah sms dari hp Izzun yang dikirimkan ke no Hp nya , no Hp yang kucatat semalam sebelum mematikan laptop.
“Teman-teman mungkin sudah sampai pasar bubrah jadi sebaiknya kita tak perlu buru-buru anggap saja pendakian kali ini pendakian mengisi akhir pecan” gumamku pada diriku sendiri mengingat dulu janjian dengan teman lantaran rasa “kangen jumpa” waktu perjalanan sebelumnya di puncak merapi dengan gani. Jam 3 berangkat dari bascamp Niken ,Izzun, Rindi dan Ovan semoga perjalanan kali ini bisa selamat sampau tujuan. Amiin
Kaki melangkah yang keberapa kali tak terhitung dan napas serasa tersumbat. Itulah yang terasa denyut nadi yang tak terbiasa, sampai-sampai harus duduk dan mengatur ritme pernafasan. Pos I menuju Pos II sampai pasar bubrah. Niken nampak tak mau kalah saja semangatnya dan rasa capeknya tak nampak bila ia harus dikatakan pertama kali naik gunung. Kau begitu antusias dan cukup membuat semua orang bakal tersenyum dengan idemu maen tebak iklan . tentu saja kau yang bakal menang ku tahu bila jurusan bahasa inggris pengetahuan diatas rata2.Niken*, lain bila ku harus berkomentar dengan Rindi , kau tak asing dah lama ku mengenalmu selama bunga daisy tetap di gunung prahu ,padang sabana di gunung sindoro atau sabana di gunung lawu via candi ceto tak membuatku hilang kata-kata yang terpendam untukmu entah sampai kapan semoga tak selama ini sampai telaga dringo mongering dan gunung kembang masih saja mengibarkan bendera simbolis arti sebuah perjalanan.Rindi*, Jika harus ditanya perjalanan kali ini mengingatkan siapa saja Izzun? Tentunya kalian teman-teman dari jurusan BK pertama kali kau antar kami ke merapi, kau ini harusnya anak skripsi ki tak nambah berat badan, semoga saja kita bisa lulus ditahun 2015, perjalanan denganmu mengingatkan kawan2.Izzun* lain halnya Ovan Kau bakal punya Fisik yang tinggi van, postur tubuhmu 7 tahun lagi bakal jauh berbeda dari yang sekarang, jangan Tanya Rinjani dan Semeru kau bakal menginjaknya, kau saja yang terlalu cepat mengenal gunung, selebihnya kau bakal menjadi pendaki yang tak kalah dari ku kelak.Ovan* diman- mana perjalanan mendaki tetaplah perjalanan yang lama daripada waktu kau berada dipuncak. Hapir 6jam perjalanan kaki selangkah demi selangkan melewati tanah licin serta bebatuan yang kerap bercampur krikil yang menjebak, bisa saja kaki ini tertipu dengan krikil.
Pasar Bubrah. Membayangkan dari tadi kapan harus berhenti lebih lama dari istirahat yang sejak tadi tanpa tahu jam berapa sampai atas atau apakah kita bisa melewati rasa letih ini?. Alhamdullilah sampai di tempat dimana sebuah memoriam almarhum yang meninggal di gunung merapi.”aku sudah mendoakan almarhum” begitulah kata-kata yang keluar dari seorang ovan. Sempat merinding bila mengingat perjuangan seorang pendaki yang gugur lantaran alam begitu kuat sampai korban keganasan alam mengantarkan ajal seorang pendaki. Kami sempat duduk menatap puncak merapi tepat dihadapan kami. Nampak dari bawah pasar bubrah dengan lampu warna-warni penanda bahwa itu tempat peristirahatan mereka di balik tenda yang mereka dirikan. Rindi ,Niken,Izzun dan Ovan. Trimakasih
Persiapan Pulang |
Pasar Bubrah-Merapi 22 Maret 2015.
Puncak Merapi? Adakah puncak sejati yang harus kami tempuh lagi seusai bangun dari tidur malam ini? Mentari dari arah timur tak pernah berbohong selalu saja menawarkan kehangatannya mengurangi rasa dingin semalam yang kami rasakan. Siapa yang tak mau bila menatap terbitnya diatas ketinggian tanpa ada seorangpun tahu kalau kami sedang menikmati mentari. Cukup. Kita sebaiknya persilahkan kawan-kawan mendaki pasir bebatuan demi menikmati moment itu. Kita sebaiknya bisa menjadi orang yang mengalah. Bukankah dari mereka yang diatas rata-rata tidak menginginkan kita ke atas? Diatas sudah terlalu ramai. “Kita jangan mengganggunya ya tow”, di pasar saja ini mungkin waktu bagi kami untuk bisa menikmati sarapan dari seorang calon ibu-ibu memasak ya tow van? Aku dan ovan hanya bisa mencicipi siapa yang benar2 pandai mencampur bumbu masak. “Niken kau terlalu asin hahahah” mie instan dan rambutan dari kekalahan Izun lumayancukup menikmati kehangatan pagi yak an rin? Silahkan narsis dulu, saya mau cari tenda kawan2 dari solo. Mas dewa, mas gendel, mas megy, mas awan. Rupanya tak jauh dari tempat dimana kami mendirikan tenda rupanya kalian sudah sunsetan kemaren jadi pagi ini tak meninggalkan tenda. Sejak awal kami memang janjian bertem di pasar bubrah sempat kehilangan penglihatan di malam buta bila harus mengingat tenda kalian. Tak apalah toh tak jauh dari sarang kami kok. Silahkan mampir di tenda kami hahahah begitulah serasa jadi tetangga atau jadi bakul di pasar. Cicipi ni mas buahnya.. wani piro?? Tak ada tawar menawar harga di pasar bubrah lha namanya saja pasar sudah bubrah alias sudah remuk ya tow?gratis dan tak usah bayar semata- mata kami bukan penjual yang apapun dinilai dengan uang. Mari mari berpose.. begitulah kami mengabadikan sebuah cerita untuk bisa kami ceritakan lagi. Tentunya kebersamaan yang tak pernah tergantikan oleh apapun di penghujung perjalanan.
Pukul 11.30- Pasar Bubrah.berkemas diiringi tetesan air yang datan bersama-sama. Membuat kami harus begegas lekas turun. Sampai di jalur evakuasi sapa a dari bayu kawan dari farid hermawan dari kudus menyapa “gunung rupanya menemukan kawan-kawan dari jauh”pikirku mampir semarang bay begitulah ku sapa dan ia memang dengan rombongan sehingga tak bisa lama-lama ngobrol. Melanjutkan jalan turun yang cukup memakan otot kaki menahan berat badan dan bawaan. Tak lama pun sampai di Pos II byurrr hujan menahan perjalanan kami ber sepuluh tertahan. Sempat kedinginan. Tak lebih dari 2 jam terpaksa berlanjut tetap harus turun. Pilihan jalur evakuasi mempercepat perjalanan sampai tak terasa nyanyian dari mas megi membuat aneh di perjalanan. “wong aneh yam as bro” hahaha ya unik kreativ jare.
Jam 4 an tepat sampai di bascamp. Sempat drop di perjalanan pikiran berada di temanggung dan rasa ngantuk membuat terdiam mengikuti kaki yang tak sadar berjalan sampai sini. Baiklah sekiranya kami harus pulang.
Trimakasih nekotin yang membuat tulisan agak panjang dari biasanya
Tak lupa kawan perjalanan dan cerita yang tak tergantikan dengan apapun
Rindi Antika
Izzun nahdoh
Niken
Ovan
Mas Dewa
Mas megi
Mas gendel
Mas Awan
Dan semua yang mengisi cerita dan perjalanan kali ini
Pasar bubrah Merapi
Semarang,23 Maret 2015
0 Response to "Pasar Setan"
Post a Comment
PERHATIAN:
Jika ada yang Ingin Anda Tanyakan Terkait Artikel di atas Silahkan Bertanya Melalui Kolom Komentar Berikut ini!, dengan Ketentuan :
1. Berkomentarlah dengan Sopan (No Spam, Sara dan Rasis).
2. Komentar di Moderasi, bila berkomentar tidak sesuai dengan kebijakan maka tidak di terbitkan!.
3. Centang kotak Notify Me / Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi komentar.
4. Semoga bermanfaat =D