Esensi Sebuah Genangan

Semarang- Tempatku sejenak merenung, memikirkan seabrek tugas serta deadline yang belum kelar- ku hanya salah satu  dari beberapa mahasiswa yang  sekarang memikul  kewajiban namun belum terselesaikan. Sepertinya ku harus kemana? Sekedar menggaruk kepala siapa tahu ada ide refresing kemana, tentunya  untuk melepas sejenak kesuntukan. Aku masih ada keinginan mengunjungi suatu tempat."Ya aku harus kesana". Alhasil, tak jauh  dan  tak perlu memesan tiket mahal untuk kesana .Mari prepare prepare..Sebuah pena serta buku catatan sudah  kuselipkan di bagian atas sendiri selebihnya makanan kecil ,tool box,camdig, P3K, jas hujan mantel dan payung serta pakaian ganti sudah berada didalam tas. Sepertinya perjalanan kamipun siap di mulai.

Wonogiri-Sebuah tempat  yang membuat penasaran bahkan terlalu lama tertahan untukku menyapa lebih dekat. Hampir mirip yang kurasakan ibarat sekumpulan  air  yang mendesak  kepada siapa yang menghalangi untuknya mengalir lebih rendah dari titik semula. Kenyataan inilah yang membawa alasan aku harus belajar dari sebuah genangan. Esensi sebuah keindahan dari sudut lain kota Wonogiri.

Sebenarnya yang diartikan genangan disini bendungan Waduk Gajah Mungkur. Ya sekumpulan air yang jenuh tertahan- Bukankah nampak menggenang? Tentu saja tanpa melihat asal asal usul kejadian. Hanya sebuah bangunan beton penghalang  aliran sungai bengawan solo.Tidak sesederhana itu nampaknya.
Aku sepertinya harus melawan sudut pandang yang belum bisa ku temukan wujud keseluruhan. Ah genangan kali ini memaksaku menantang tanjakan demi tanjakan menantang medan tanpa peduli harus menjauh semakin ke atas bukit, warga setempat mengetakan ini yang namanya bukit joglo.

Apa yang aku lakukan sekarang benar-benar jauh dari perkiraan semula. Kenapa sejak dahulu tempat ini tak pernah mengabarkan padaku ? ini benar benar bukit joglo atau tempat sunyi  namun terasa adem ning pikir. Mengingatkan pertama kali mendaki gunung dan meneteskan air mata itu pun tak mengapa. Sujud syukur menjadi manusia yang teramat asing namun pada kenyataanya keberadaan bahwa aku disini bagian dari semesta namun teramat kecil. Sejauh memandang hanya kilauan kerlap kerlip bintang bersebaran memenuhi kota wonogiri.
Bukit  Joglo pada malam hari
Bukit  Joglo pada malam hari 
Sumber  Foto: Menanti_Sang_Surya_di_Wonogiri [BikePacker]


Wonogiri tetaplah wonogiri tak bisa kubandingkan dengan gemerlap ibu kota gemerlap malam khas metropolitan atau  gemerlap lampu ruangan beriringan dengan musik penikmat clubbing.  Kenyataanya keberadaanku yang sekarang jauh dari lingkungan tersebut.Angin yang berlalu, seakan bersuara lirih membisikan untuk jangan beranjak menatap arah bintang yang ada dibawahmu. genangan yang memantulkan cahaya dari lampu kota itu sulit untuk ungkapkan. Teringat pernyataan entah kebenaranya masih sebagian orang menyetujuinya." Air itu menenangkan bahkan mampu mengembalikan memori masa lalu." Yeeah ketenangan inilah yang tak tergantikan kawan. Bahkan sampai sunrise ku tetap terjaga dengan kopi hangatku bersama kawan sahabat terbaiku.
Sunrise Bukit Joglo-Wonogiri
Sunrise Bukit Joglo-Wonogiri

Bukit Joglo- Pagi para bestari dan kolega dimanapun kalian menikmati pagi hari ini. Bukit yang dikenal para pecinta olahraga gantole membawakan kecerahan tersendiri atas lamunan dan renungan semalam. Hehee Ini baru sunrise kawan…

Moment tak tergantikan detik-detik pergantian waktu matahari seakan akan menyadarkan para perenung  bahwa syukur atas sang pencipta keberadaan kita hanya sementara. Alam ini terlalu luas bila kita hanya merasakan dengan indra. Namun, terasa sempit bagi keberadaan sang pengelana dengan jiwa yang luas memandang hidup ini tak sesempit itu.

Pagi itu  udara benar-benar jauh dari kandungan zat kimia. "Ahhhhh   "di tambah angin sepoi-sepoi, ah andai saja keseharianku tak pernah ada batasan dinding dan penglihatan tak terhalang properti jalanan dan gedung-gedung mungkin keadaan yang sekarang aku anggap biasa. Benar-benar jauh dari hiruk pikuk aktivitas manusia. Tak terdengar bisingnya mesin kendaraan, dan ini yang tak kalah  menantang kita sedang di puncak gunung layaknya adventure penantang ketinggian.Namun, tak perlu adanya manegement pendakian dan tak perlu bersusah payah kemari  dengan kedua kakimu.

Siang-sepertinya kami harus melihat langsung menatap lebih dekat waduk gajah mungkur.  Disana merupakan area wisata dan hari itu kami sebelum kami menghabiskan siang sampai sore. Pastikan tak ada yang tertinggal  sebelum kami  meninggalkan bukit gantole atau bukit joglo. Kami bukan tipe tipe sampah yang nyampah  sekedar mengabadikan moment dan mengambil gambar meninggalkan jejak. Itu kode etik tanpa kompromi.
WaduK Gajah Mungkur
Bendungan gajah Mungkur- Teruntuk  sahabatku Trimakasih kado ulang tahunku hari itu  23 November dan kalian,sahabat Traveling-Semoga akhir pekanmu tak salah mengambil keputusan dan memilih bepergian tanpa ada beban yang mengganjal  diawal  keberangkatanmu.Berharap semoga liburanmu menyenangkan. Sampai pada akhirnya kita berlomba-lomba saling  belajar bertukar pengalaman dari kisah traveling kalian  lewat catatan kesan perjalanan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Tampilkan Komentar
Sembunyikan Komentar

0 Response to "Esensi Sebuah Genangan"

Post a Comment

PERHATIAN:
Jika ada yang Ingin Anda Tanyakan Terkait Artikel di atas Silahkan Bertanya Melalui Kolom Komentar Berikut ini!, dengan Ketentuan :

1. Berkomentarlah dengan Sopan (No Spam, Sara dan Rasis).
2. Komentar di Moderasi, bila berkomentar tidak sesuai dengan kebijakan maka tidak di terbitkan!.
3. Centang kotak Notify Me / Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi komentar.
4. Semoga bermanfaat =D

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel